Menjelang mengaspalnya mobil-mobil murah LCGC yang saat ini hanya tinggal menunggu waktu, beragam ekspektasi dan harapan pun datang pada program yang digagas oleh pemerintah ini. Ekspektasi atau harapan akan kendaraan roda empat yang “terjangkau” untuk beragam lapisan masyarakat, harapan akan kendaraan yang irit bahan bakar dan ramah lingkungan, serta harapan bagi para pengguna kendaraan roda dua untuk dapat beralih kepada kendaraan roda empat yang dianggap lebih nyaman dan aman, merupakan yang paling umum hadir dibenak masyarakat.
Disisi lain, bersamaan dengan hadirnya beragam harapan
tersebut, kekhawatiran akan dampak negatif pun muncul dan bergaung tak kalah
nyaring, bahkan sebagian menuju pada skeptisme akan kehadiran program ini. Kekhawatiran
utama akibat adanya LCGC adalah akan semakin ruwet dan macetnya jalan-jalan yang
ada ditiap-tiap kota, khususnya kota besar seperti Jakarta dan lainnya. Adapun pandangan
skeptis akan program ini adalah bahwa “harga murah” dan terjangkau bagi masyarakat seperti yang diwacanakan
hanyalah isapan jempol belaka. Sebab “murah”nya mobil-mobil yang dikatakan bebas pajak ini tetap “tinggi” dan
tidak terjangkau, khususnya bagi para pengguna kendaraan roda dua yang menjadi
target utamanya.
Namun, dibalik semua harapan dan kekhawatiran tersebut,
program pemerintah yang dibungkus melalui PeraturanPemerintah No. 41 tahun 2013 Pasal 3 ayat 1(c) yang menyebutkan untuk mobil
hemat energi dan harga terjangkau, Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas
Barang Kena Pajak sebesar 0 persen dari harga jual ini memiliki tujuan yang
lebih luas.
Seperti diungkapkan oleh Dirjen Industri Alat
Transportasi dan Telematika (IATT) Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi,
Program LCGC bukan hanya terbatas pada “mobil murah” semata, namun ditujukan pula
untuk kepentingan nasional dan industri. Antara lain guna menciptakan efek
berantai berupa masuknya sekitar 60 industri komponen dan membuka lapangan
kerja baru yang diperkirakan mampu menyerap 30 ribu tenaga kerja. Selain itu
LCGC juga diharapkan mampu menumbuhkan sektor pembiayaan khususnya untuk
kendaraan roda empat.
Adapun mengenai kemacetan, Budi mengatakan dampaknya
tidak akan separah yang dikhawatirkan. Menurutnya, dari seluruh kabupaten / kota
yang ada di Indonesia yang berjumlah ratusan, hanya sekitar 50 kabupaten / kota
saja yang memiliki permasalahan kemacetan, sisanya jauh dari kemacetan.
Untuk membentuk penghijauan mending ga usah pake mobil pake aja Sepeda Temurah udah melestarikan penghijauan dan tidak perlu ongkos banyak. :>)
BalasHapus