Jumat, Maret 28, 2014
3

Kembali, kebijakan mobil murah LCGC menjadi sorotan setelah Kementerian Keuangan melayangkan surat kepada Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk mengevaluasi kembali program ini. Hal tersebut dipicu oleh masih banyaknya mobil-mobil LCGC yang tetap menggunakan bahan bakar bersubsidi atau jenis Premium meskipun telah dianjurkan untuk menggunakan bahan bakar non-subsidi.

Penggunaan bahan bakar jenis Premium oleh mobil-mobil LCGC tersebut dianggap semakin menambah beban subsidi BBM yang diberikan oleh Negara. Menurut Menteri Keuangan Chatib Basri, sebagaimana dikutip dari laman tempo.co, pihaknya concern pada masalah subsidi bahan bakar ini dan ia berharap mobil-mobil murah LCGC mengkonsumsi BBM nonsubsidi sesuai dengan janji dari Kementerian Perindustrian sebagai pelopor program mobil 95 jutaan ini.

Berbeda dengan Menteri Keuangan, Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama punya pendapat sendiri mengenai hal ini, seperti ditulis laman detik.com, menurut pria yang akrab disapa Ahok ini, jika pemerintah benar-benar ingin mengurangi beban subsidi BBM sekalian saja seluruh mobil pribadi dilarang pakai premium.

Setuju dengan pak Wakil Gubernur, agar lebih adil sepertinya memang sangat pas jika seluruh kendaraan roda empat, baik mobil murah LCGC apalagi mobil-mobil non-LCGC yang terbilang mewah dilarang menggunakan bahan bakar bersubsidi. Apalagi saat ini mobil-mobil non LCGC jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan mobil-mobil LCGC.

Adapun untuk bahan bakar jenis Premium, dibatasi saja penggunaannya hanya untuk kendaraan roda dua dan angkutan perkotaan (angkot). Dimana jelas-jelas keduanya merupakan alat transportasi utama untuk rakyat menengah kebawah yang pantas mendapat subsidi dari pemerintah.

Komentar Anda?  



3 komentar:

  1. Sangat setuju sekali...!!!!!
    Khan yg plat merah jg banyak ganti plat cm bwt antri premium., pdhl pajak & bbm dh masuk anggaran negara.

    BalasHapus
  2. dari sudut pandang konsumen, beli mobil murah memang karena kemampuan dan anggaran yg terbatas serta bertujuan hemat. kalau lalu harus pake bbm yg mahal ya nggak jadi hemat dong pak? kalu saja mampu, konsumen lebih memilih mobil yg lebih bagus dan pake bbm non subsidi...tapi apa daya kemampuan belanja bulanan sudah diperhitungkan memiliki mobil murah dengan bbm premium. kalau dipaksa hrs non subsidi pasti mobilnya hanya bisa dipake sebulan atau 2 bln sekali...alias mubazir punya mobil. :-))

    BalasHapus
  3. mobil dengan harga 150 juta ke atas yang seharusnya memakai non premium...

    BalasHapus

Baca Juga