Pro dan kontra dari berbagai pihak terkait program mobil murah LCGC hingga saat ini masih terus berlanjut. Suara terlantang yang menolak kehadiran mobil yang dijual pada kisaran harga Rp.95 jutaan ini terdengar dari Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo. Orang nomor satu di Jakarta ini khawatir dengan merajalelanya mobil murah LCGC dijalanan Ibu Kota, sehingga menjadikan kota yang dipimpinnya akan semakin semrawut.
“Yang diperlukan adalah infrastruktur dan alat
transportasi umum yang layak serta murah, bukan mobil murah…. Jakarta tak butuh
mobil murah”, ujar Gubernur yang akrab disapa Jokowi ini.
Tak kalah lantang dengan Jokowi, Pemerintah kota (Pemkot)
Bekasi melalui Wali Kota Bekasi, Rahmat
Effendi, Pemkot Bandung melalui Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil dan Pemkot Surabaya melalui Kabag Kerja Sama, Ifron Hady Susanto pun bernada sama
menyatakan ketidaksetujuannya terhadap program LCGC. Selain hanya akan
memperparah kemacetan, mobil LCGC pun dianggap dapat menghambat program
tiap-tiap kota dalam mengkampanyekan penggunaan angkutan umum massal kepada
warganya.
Para pentolan masing-masing kota tersebut setuju bahwa
transportasi massal yang murah dan nyaman seperti Trem atau Monorel adalah opsi
pertama yang harus disediakan untuk warganya, bukan mobil murah.
Namun, disamping suara-suara lantang yang menolak
program yang digagas pemerintah melalui Kementrian Perindustrian ini, LCGC tetap
melenggang. Hingga saat ini setidaknya sudah ada lima pabrikan (APM) yang
positif ikut serta, yaitu Daihatsu, Toyota, Honda, Suzuki dan Nissan melalui brand Datsun. Bahkan dua
diantaranya, yaitu Daihatsu dan Toyota sudah memulai proses penjualan
mobil-mobil LCGC milik mereka Daihatsu
Ayla dan Toyota Agya.
Dukungan utama untuk program ini tentu saja datang dari
pihak Kemenperin, sebagaimana disampaikan oleh Dirjen Industri Unggulan
Berbasis Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi yang menyatakan bahwa
program LCGC seharusnya mendapat dukungan penuh dari semua pihak.
Alasannya, selain membuka lapangan kerja baru, program
LCGC pun dapat menciptakan kemandirian teknologi industri otomotif karena
target local contain untuk
mobil-mobil murah ini sebesar 85%. Disamping itu, guna menghadapi FTA (Free
Trade Area) pada 2015 mendatang, LCGC dibutuhkan untuk mengadapi gempuran negara-negara
lain seperti Thailand, Malaysia, Cina, Jepang, dan Korea yang saat ini telah
memiliki program sejenis.
"kita akan dibanjiri mobil murah impor apabila
tidak dapat memenuhi permintaan masyarakat dengan produk mobil murah dari dalam
negeri," ungkapnya.
Dukungan akan kehadiran mobil murah LCGC pun datang dari mantan
orang nomor dua RI, Jusuf Kalla. Menurutnya, LCGC merupakan program yang bagus karena
memberikan kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat untuk memiliki
kendaraan yang terjangkau dan nyaman. Berkaitan dengan anggapan bahwa mobil
murah akan memperparah kemacetan, ia berkomentar, "Orang itu naik mobil dalam satu hari
paling satu kali. Selain itu mobilnya juga kecil sehingga tidak akan membuat
macet," katanya.
Masyarakat sendiri sebagai konsumen sepertinya cukup
antusias menyambut kedatangan mobil-mobil LCGC. hal tersebut setidaknya dapat
disaksikan melalui ajang IIMS 2013 yang saat ini sedang berlangsung. Dimana mobil
murah LCGC menjadi salah satu alasan utama orang untuk mengunjungi ajang
otomotif terbesar di Indonesia ini.
So bagaimana dengan Anda? Setuju apa ngga?
(Dikutip dari berbagai sumber)
sy setuju banget, karena jika indonesia tidak ada LCGC pasti kebanjiran mobil2 murah dari negara tetangga kita, dan pasti membuka lapangan kerja baru, jika kita kepingin buat mobil sendiri tinggal cari komponen2 yang dibutuhkan sudah ada to mobil esemkanya kan blm punya pabrik mesin sendiri jika mereka butuh mesin dan komponen2 lainnya dah ada di indonesia
BalasHapusjika gubernur atau pemimpin apa saja,,,,kok takut gak bisa ngurus wilayahnya sebab mobil murah,,,,,,ya silahkan undur diri aja,,,gampangto? nanti juga banyak yang bisa ngurus,,,,(kalah sebelum berperang).
BalasHapussetuju dong buanget,,,,